Kamis, 16 Mei 2013

Laporan anatomi fisiologi manusia


ANATOMI ALAT PENGLIHATAN

1.    Menggambarkan dan menyebutkan bagian-bagian mata.
2.    Menyebutkan organ-organ yang berperan dalam fungsi mata sebagai alat penglihatan.
3.    Menjelaskan mekanisme kerja mata sebagai alat penglihatan.
Mata terdiri dari otot mata, bola mata dan saraf mata serta alat tambahan mata yaitu alis, kelopak mata, dan bulu mata. Alat tambahan mata ini berfungsi melindungi mata dari gangguan lingkungan. Alis mata berfungsi untuk melindungi mata dari keringat, kelopak mata melindungi mata dari benturan dan bulu mata melindungi mata dari cahaya yang kuat, debu dan kotoran.
1.      Konjungtiva Adalah membran tipis pelindung (lapisan jaringan) pada mata, berfungsi sebagai membran pelindung pada mata.
Retina adalah lapisan terdalam dari dinding bola mata, mengandung sel-sel reseptor yang peka terhadap cahaya.  Fungsi retina adalah menerima bayangan visual yang dikirim ke otak.
Lapisan jaringan saraf pada retina mengandung tiga daerah neuron yaitu:
1) Neuron Fotoreseptor
2) Neuron Bipolar
3) Neuron Ganglion
Neuron fotoreseptor berfungsi untuk menerima stimulus cahaya. Neuron fotoreseptor dapat dibedakan menjadi rods (sel batang) dan cones (sel kerucut). Sel batang mengandung pigmen rodospin yang dikhususkan untuk penglihatan hitam-putih dalam cahaya redup, serta untuk membedakan gelap dan terang serta tidak dapat menghasilkan yang berwarna. Sedangkan sel kerucut mengandung pigmen iodopsin, yang dikhususkan untuk melihat benda berwarna dan dapat menghasilkan bayangan yang tajam dalam cahaya terang
2.      Pupil berupa celah yang berbentuk lingkaran terdapat ditengah-tengah iris. Pupil berfungsi sebagai tempat untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yangmasuk kedalam mata.
3.      Selaput Bening(Kornea) sangat penting bagi ketajaman penglihatan kita. Fungsi utama selaput bening (kornea) adalah meneruskan cahaya yang masuk kemata. Cahaya tesebut diteruskan kebagian mata yang lebih dalam dan berakhir pada selaput jala atau retina maka selaput bening (kornea) mempunyai beberapa sifat, yaitu tidak berwarna(bening) dan tidak mempunyai pembuluh darah. Kornea merupakan bagian mata yang dapat disumbangkan untuk penyembuhan orang dari kebutaan. Selaput being(kornea) brupa Piringan Transparan di depan bola mata dan tidak berpembuluh darah. Selaput Bening(kornea) juga berfungsi sebagai pelindung mata bagian dalam.
4.      Sklera atau selaput putih terletak di lapisan luat. SkleraLapisan luar yang keras / keras. Lapisan ini berwarna putih, kecuali dibagian depan yaitu tidak berwarna atau bening. Lapisan Sklera berwarna putih terdiri atas serabut kolagen yang tidak teratur dan tidak berpembuluh darah, kecuali bagian episklera. Lapisan sklera berfungsi melindungi bola mata. Sklera bagian mata depan tampak bergelembung dan transparan disebut kornea.
5.      Koroid selaput yg banyak mengandung pembuluh darah pd mata. Lapisan koroid atau lapisan tengah terletak diantara sklera dan retina, berwarna cokelat kehitaman sampai hitam. Lapisan tengah(lapisan koroid) berfungsi memberi nutrisi pada retina luar. sedang warna gelap koroid berfungsi untuk mencegah pemantulan sinar. Lapisan yang amat gelap juga berfungsi mencegah berkas cahaya dipantulkan di sekeliling mata.
6.       Iris adalah berwarna, membran membentuk cairan ( bundar ) mengandung dilator involunter dan otot – otot spingter yang mengatur ukuran pupil. Pupil adalah ruangan ditengah – tengah iris, ukuran pupil bervariasi dalam merespon intensitas cahaya dan memfokuskan objek ( akomodasi ) untuk memperjelas penglihatan, pupil mengecil jika cahaya terang atau untuk penglihatan dekat. Fungsi iris: memberi pigmen/warna pada mata
7.        Lensa mata merupakan suatu kristal, berbentuk bikonfek ( cembung ) bening, terletak dibelakang iris, terbagi kedalam ruang anterior dan posterior. Lensa tersusun dari sel – sel epitel yang dibungkus oleh membrab elastis, ketebalannya dapat berubah – ubah menjadi lensa cembung bila refraksi lebih besar. Fungsi lensa: memfokuskan cahaya agar jatuh tepat di retina
8.      Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya. Fungsi kornea: menangkap cahaya yang masuk ke mata
9.      Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata; berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak. Fungsi retina: tempat jatuhnya bayangan sehingga dapat melihat
10. Bintik buta merupakan bagian pada retina yang tidak peka terhadap cahaya, sehingga bayangan jika jatuh di bagian ini tidak jelas/kelihatan, sebaliknya pada retina terdapat bintik kuning. Permukaan retina terdiri dari berjuta-juta sel sensitif, ada yang berbentuk sel batang berfungsi membedakan kesan hitam/putih dan yang berbentuk sel kerucut berfungsi membedakan kesan berwarna.
11.  Fovea adalah bagian retina yang kita gunakan untuk melihat objek yang ingin dilihat secara jelas visusnya paling besar pada fovea, bagian yang sangat peka terhadap cahaya pada retina.

Apabila ada rangsang cahaya masuk ke mata maka rangsang tersebut akan diteruskan mulai dari kornea, aqueous humor, pupil, lensa, vitreous humor dan terakhir retina. Kemudian akan diteruskan ke bagian saraf penglihat atau saraf optik yang berlanjut dengan lobus osipital sebagai pusat penglihatan pada otak besar. Bagian lobus osipital kanan akan menerima rangsang dari mata kiri dan sebaliknya lobus osipital kiri akan menerima rangsang mata kanan. Di dalam lobus osipital ini rangsang akan diolah kemudian diinterpretasikan. Sehingga apabila seseorang mengalami kecelakaan dan mengalami kerusakan lobus osipital ini maka dia akan mengalami buta permanen, walaupun bola matanya sehat.
Pembiasan cahaya dari suatu benda akan membentuk bayangan benda jika cahaya tersebut jatuh di bagian bintik kuning pada retina, karena cahaya yang jatuh pada bagian ini akan mengenai sel-sel batang dan kerucut yang meneruskannya ke saraf optik dan saraf optik meneruskannya ke otak sehingga terjadi kesan melihat. Sebaliknya, bayangan suatu benda akan tidak nampak, jika pembiasan cahaya dari suatu benda tersebut jatuh di bagian bintik buta pada retina.


UJI KETAJAMAN PENGLIHATAN (VISUS)

1.    Mengukur visus (ketajaman penglihatan) seseorang dengan banar
2.    Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi visus
Visus adalah ketajaman atau kejernihan penglihatan, sebuah bentuk yang khusus di mana tergantung dari ketajaman fokus retina dalam bola mata dan sensitifitas dari interpretasi di otak. Pratikum mengenai visus (ketajaman penglihatan) dilakukan dengan menggunakan alat Optotype  Snellen, yaitu sebuah ukuran kuantitatif suatu kemampuan untuk mengidentifikasi simbol-simbol berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan jarak yang telah distandarisasi serta ukuran dari simbol yang bervariasi.
Berkas cahaya sejajar yang jatuh ke suatu lensa bikonveks akan mengalami pembiasaan suatu titik (fokus prinsipal) di belakang warna fokus prinsipal terletak di sebuah garis yang berjalan melintasi pusat lengkungan lensa, sumbu prinsipal. Jarak antara lensa dan fokus prinsipal disebut jarak fokus prinsipal. Berkas cahaya yang jatuh di lensa dari suatu benda dengan jarak lebih dekat dari 20ft akan mengalami sejajar. Berkas cahaya dari suatu benda yang terletak lebih dekat dari 20 ft akan mengalami divergensi sehingga jatuh ke fokus yang lebih ke belakang di sumbu prinsipal daripada fokus prinsipal.
Apabila otot siliaris berada dalam keadaan istirahat maka berkas cahaya paraleel yang jatuh di mata yang secara optis normal akan difokuskan di retina. Selama relaksasi ini dipertahankan, maka berkas cahaya dari benda yng kurang dari 6 m dari pengamat akan berfokus di belakang retina dan akibatnya benda tersebut tampak kabur. Masalah yang timbul membawa berkas divergen dari benda dekat ke suatu fokus di retina dapat di atasi dengan meningkatkan jarak antara lensa dan retina atau dengan meningkatkan kelengkungan (akomodasi).
Ketajaman penglihatan normal adalah 20/20 atau 6/6 pada jarak sekitar 6 m. Kata lain pembentukan bayangan pada retina OP  dalam pemfokusan cahaya sedikit mengalami gangguan. Gangguan yang dialami OP  terjadi pada proses konvergensi bola mata. Jika pada mata normal, kemampuan memfokuskan kedua bola mata pada dua objek yang berbeda dapat dilakukan secara bersamaan pada satu benda, maka pada OP Riski dan Anis kemampuan memfokuskan kedua bola mata tidak dapat dilakukan dengan baik, karena tidak mampu mngearahkan cahaya dari suatu benda agar jatuh pada titik sesuai pada retina kedua mata.
Pada pengamatan dengan menggunakan satu mata tertutup dihasilkan ketajaman penglihatan hampir semua OP menjadi semakin berkurang atau menurun, sedangkan ketajaman penglihatan OP Riski dan Anis tetap.  Visus (ketajaman penglihatan) sangat dipengaruhi oleh sifat pisis mata, oberasi (kegagalan sinar untuk berkonvergensi atau bertemu di 1 titik focus setelah melalui suatu system optic), besarnya pupil, komposisi cahaya, mekanisme akomodasi, elastisitas otot, warna yang kontras, besar kecilnya stimulus, durasi, intensitas cahaya, serta faktor retina (semakin kecil dan rapat sel kerucut). Untuk dapat melihat benda, stimulus (cahaya) harus jatuh di reseptor dalam retina yang selanjutnya diteruskan ke pusat penglihatan (fovea sentralis) dan diperlukan ketajaman penglihatan. Bila kita melihat satu benda dengan kedua belah mata maka benda tersebut dapat terlihat dengan baik karena jatuh di titik identik, tetapi bila bola mata diganggu yaitu dengan menutup satu mata maka akan terlihat benda rangkap (diplopia) karena tidak jatuh di titik identik.
Untuk menghasilkan detail penglihatan, sistem optik mata harus memproyeksikan gambaran yang fokus pada fovea, sebuah daerah di dalam makula yang memiliki densitas tertinggi akan fotoreseptor konus/kerucut sehingga memiliki resolusi tertinggi dan penglihatan warna terbaik. Ketajaman dan penglihatan warna sekalipun dilakukan oleh sel yang sama, memiliki fungsi fisiologis yang berbeda dan tidak tumpang tindih kecuali dalam hal posisi. Ketajaman dan penglihatan warna dipengaruhi secara bebas oleh masing-masing unsur. Cahaya datang dari sebuah fiksasi objek menuju fovea melalui sebuah bidang imajiner yang disebut visual aksis. Jaringan-jaringan mata dan struktur-struktur yang berada dalam visual aksis (serta jaringan yang terkait di dalamnya) mempengaruhi kualitas bayangan yang dibentuk.
Dengan kartu snellen dapat ditentukan tajam penglihatan atau kemampuan melihat
seseorang, seperti :
-  Bila tajam penglihatan 6/6 maka ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang oleh orang
normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter. 
-  Bila pasien membaca hanya sebatas huruf baris yang menunjukkan angka 30, tajam
penglihtan pasien adalah 6/30.
-  Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak 6 meter yang
pada orang normal dapat dilihat pada jarak 60 meter.
-  Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu snellen maka dilakukan uji hitung
jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter.
-  Bila pasien hanya dapat melihat jari pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam penglihatan
adalah 3/60. Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai 1/60, yaitu
menghitung jari pada jarak 1 meter.
-  Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam penglihatan pasien lebih buruk
dari 1/60. orang normal dapat melihat lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila pasien
hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam penglihatan 1/300.
-  Kadang-kadang mata hanya dapat melihat sinar. Keadaan ini disebut sebagai tajam
penglihatan 1/~.
-  Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal sinar maka penglihatan adalah 0 (buta total).

Gita N. 2000. Pengaruh Pemakaian Kacamata Las Terhadap Ketajaman Penglihatan Pada Pekerja Las Terhadap Ketajaman Penglihatan Pada pekerja Las Karbit di Wilayah Pinggir Jalan Goa Jatijajar Kebumen. Purwokerto: Kementrian Pendidikan Nasional Universitas Jenderal Soederman Fakultas Kedokteran dan Ilmi-ilmu Kesehatan Jurusan Kesehatan Masyarakat.
Ganong,F.William. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed.20. Jakarta:EGC
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem ed.2. Jakarta:EGC
Sloane, Ethel. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC  
Lumbantobing, S. M. Saraf Otak. Dalam Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. h. 2530
 

UJI ASTIGMATISMA

1.    Menguji adanya kelainan astigmatisma pada seseorang.
2.     Menjelaskan sebab-sebab terjadinya astigmatisma.
Astigmatisme juga sering disebabkan oleh adanya selaput bening yang tidak teratur dan lengkung kornea yang terlalu besar pada salah satu bidangnya. Permukaan lensa yang berbentuk bulat telur pada sisi datangnya cahaya, merupakan contoh dari lensa astigmatis.

Adapaun bentuk-bentuk astigmat adalah sebagai berikut:
1.Astigmat Reguler yaitu astigmat yang memperlihatkan kekuatan  pembiasan bertambah atau berkurang perlahan-lahan secara teratur dari satu meridian meridian berikutnya.
2. Astigmat ireguler : astigmat yang terjadi tidak mempunyai dua meridian yang  saling tegak lurus. Astigmat ireguler dapat terjadi akibat kelengkungan kornea pada meridian yang sama berbeda sehingga bayangan menjadi ireguler. Astigmatisma ireguler terjadi akibat infeksi kornea,trauma dan distrofi atau akibat selaput bening.
3. Patofisiologi
Mata seseorang secara alami berbentuk bulat. Dalam keadaan normal, ketika cahaya memasuki mata, itu dibiaskan merata, menciptakan pandangan yang jelas objek. Astigmatisma terjadi akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea.


UJI REFLEK GERAK PUPIL

1.    Menguji terjadinya reflek-reflek pada pupil mata seseorang.
2.    Menyebutkan macam-macam reflek pupil mata.
3.    Menjelaskan mekanisme terjadinya reflek-reflek pupil mata.

Otot apa saja yang bersangkutan dengan reflex pupil ?
Muscllus aillator pupilae yaitu mengatur lebarnya pupil geraknya disebut indriasi. Dan muscllus spinter papillae yaitu mengatur mengecilnya pupil, gerakkan mengecilnya dari otot yang melingkarinya.
Prosesnya bisa terjadi reflex konsensual ?
Respon cahaya konsensual Jika pada pupil yang satu disinari maka secara serentak pupil lainnya mengecil dengan ukuran yang sama. Sentuhan kapas pada kornea atas akan menimbulkan refleks menutup mata pada mata kiri dan sebaliknya kegunaan pemeriksaan refleks kornea konsensual ini sama dengan refleks cahaya konsensual, yaitu untuk melihat lintasan mana yang rusak (aferen atau eferen)





ANATOMI ALAT PENDENGARAN (TELINGA)

1.    Menggambarkan dan menyebutkan bagian-bagian alat pendengaran
2.    Menjelaskan fungsi alat pendengaran dengan benar

Indra pendengar adalah telinga yang terdiri dari :
1)      Telinga bagian luar yaitu daun telinga, lubang telinga dan liang pendengaran
2)      Telinga bagian tengah terdiri dari gendang telinga, 3 tulang pendengar ( martil, landasan dan sanggurdi) dan saluran eustachius.
3)      Telinga bagian dalam terdiri dari alat keseimbangan tubuh, tiga saluran setengah lingkaran, tingkap jorong, tingkap bundar dan rumah siput (koklea)
Fungsi bagian-bagian indra pendengar :
a.       Daun telinga, lubang telinga dan liang pendengaran berfungsi menangkap dan mengumpulkan gelombang bunyi.
b.      Gendang telinga berfungsi menerima rangsang bunyi dan meneruskannya ke bagian yang lebih dalam.
c.       Tiga tulang pendengaran ( tulang martil, landasan dan sanggurdi) berfungsi memperkuat getaran dan meneruskannya ke koklea atau rumah siput.
d.      Tingkap jorong, tingkap bundar, tiga saluran setengah lingkaran dan koklea (rumah siput) berfungsi mengubah impuls dan diteruskan ke otak. Tga saluran setengah lingkaran juga berfungsi menjaga keseimbangan tubuh.
e.       Saluran eustachius menghubungkan rongga mulut dengan telinga bagian luar.








UJI PENDENGARAN

1.    Menguji seseorang mengalami gangguan kurang pendengaran atau tidak
2.    Menjelaskan sebab-sebab terjadinya gangguan pendengaran

Mendengar adalah kemampuan untuk mendeteksi vibrasi mekanis(getaran) yang kita sebut suara. Dalam keadaan biasa, getaran mencapai indera pendengar, yaitu telinga, melalui udara (Pratiwi et al., 2006).Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul udara yang berselang-seling dengan daerah-daerah bertekanan rendah karena penjarangan molekul tersebut (Ebennezer dkk, 2008).
Fungsi sistem auditori adalah mempersepsi bunyi atau persepsi tentang objek dan kejadian-kejadian melalui bunyi yang timbul. Bunyi adalah vibrasi molekul-molekul udara yang menstimulasi sistem auditori. Manusia hanya mendengar vibrasi molekuler antara sekitar 20 sampai 20.000 hertz (Pinel, 2009).
Gangguan pendengaran merupakan ketidakmampuan secara parsial atau total untuk mendengarkan suara pada salah satu atau kedua telinga. Gangguan pendengaran dapat disebabkan rusaknya salah satu atau beberapa bagian dari telinga luar, tengah atau dalam. Gangguan pendengaran harus didiagnosis oleh ahli audiologi atau spesialis THT. Audiologi memiliki makna serupa dengan otologi, yakni pengetahuan tentang penyakit telinga. Untuk menentukan tipe dan tingkat kerusakannya, ahli audiologi atau spesialis THT akan menguji pendengaran pasien tersebut. Catatan mengenai ketajaman pendengaran terhadap berbagai nada (dinyatakan dalam bentuk grafik garis) akan tergambar pada sebuah audiogram.
Beberapa Penyebab Gangguan Pendengaran di ....
...telinga luar Masalah yang khas adalah penumpukan serumen (earwax) yang berlebihan dan infeksi yang terjadi di liang telinga.
...telinga tengah Perforasi atau berlubangnya gendang telinga, infeksi dan otosclerosis (pertumbuhan tulang di sekitar stapes sehingga mengakibatkan pergerakannya terbatas) merupakan kasus yang paling sering. Sebagian besar kasus gangguan pada telinga luar dan tengah dapat diatasi dengan tindakan medis atau operasi. Namun jika tidak dapat ditangani Alat Bantu Dengar tetap dapat digunakan untuk dapat membantu masalah gangguan pendengaran.
...telinga dalam. Paling banyak masalah pendengaran disebabkan oleh rusaknya struktur telinga dalam. Kasus yang khas adalah penurunan pendengaran sesuai dengan usia, terpapar bising, penggunaan obat-obatan yang meracuni telinga. Kasus - kasus ini akan merusak sel rambut yang ada di cochlea, sehingga akan menganggu perjalanan bunyi ke otak. Kerusakan di daerah ini tidak dapat diobati. Namun dengan fitting Alat Bantu Dengar yang baik dapat membantu mengatasi masalah ini.
Tinnitus adalah perasaan mendengar bunyi atau suara lain di kepala. Dapat disertai dengan gangguan pendengaran. Penyebab tinnitus sangat bervariasi seperti pada gangguan pendengaran, pada beberapa kasus mungkin sulit diketahui penyebabnya.
Faktor penyebab terjadinya gangguan pendengaran, antara lain:
a. Faktor genetik
b. Faktor didapat, misalnya akibat terjadi infeksi, neonatal hiperbilirubinemia (terjadi pada bayi yang baru lahir), masalah perinatal (prematuritas, anoksia berat), konsumsi obat ototoksik (beberapa golongan antibiotika), terjadi trauma (fraktur tulang temporal, pendarahan pada telinga tengah atau koklea, dislokasi osikular, dan trauma suara), dan neoplasma (misalnya, tumor pada telinga tengah).
Empat tipe gangguan pendengaran, yakni:
a. Gangguan pendengaran sensorineural merupakan jenis gangguan pendengaran yang disebabkan oleh hilangnya atau rusaknya sel saraf (sel rambut) di dalam koklea atau rumah siput dan biasanya bersifat permanen. Gangguan pendengaran sensorineural disebut juga tuli saraf. Untuk gangguan pendengaran ringan hingga berat dapat diatasi dengan alat bantu dengar atau implan telinga tengah. Sedangkan, untuk gangguan pendengaran berat atau parah sering dapat diatasi dengan implan rumah siput.
b. Gangguan pendengaran konduktif, yang menunjukkan adanya masalah di telinga luar atau tengah yang menyebabkan tidak terhantarnya bunyi dengan tepat ke telinga dalam. Dalam beberapa kejadian, gangguan pendengaran jenis ini biasanya bersifat sementara. Pengobatan atau bedah, alat bantu dengar maupun implan telinga tengah dapat membantu mengatasi gangguan pendengaran jenis ini tergantung pada penyebab khusus masalah pendengaran tersebut.
c. Gangguan pendengaran campuran, yang merupakan gabungan pendengaran sensorineural dan konduktif. Pilihan penanganan untuk mengatasi gangguan pendengaran jenis ini dapat dengan melakukan pengobatan, bedah, alat bantu dengar atau implan pendengaran telinga tengah.
d. Gangguan pendengaran saraf merupakan gangguan pendengaran yang diakibatkan tidak adanya atau rusaknya saraf pendengaran. Hal tersebut dapat terjadi jika saraf auditori tidak dapat mengirim sinyal ke otak. Gangguan pendengaran jenis ini biasanya parah dan permanen. Dalam banyak kejadian, implan Batang Otak Auditory (ABI) dapat menjadi pilihan.
Mekanisme Pendengaran Pada Telinga
Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan gendang telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke jendela oval. Getaran Struktur koklea pada jendela oval diteruskan ke cairan limfa yang ada di dalam saluran vestibulum. Getaran cairan tadi akan menggerakkan membran Reissmer dan menggetarkan cairan limfa dalam saluran tengah.  Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membran pada jendela bundar. Getaran dengan frekuensi tertentu akan menggetarkan selaput-selaput
Basiler, yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika rambut-rambut sel menyentuh membran tektorial, terjadilah rangsangan (impuls). Getaran membran tektorial dan membran basiler akan menekan sel sensori pada organ Korti dan kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat pendengar di dalam otak melalui saraf pendengaran.
Susunan dan Cara Kerja Alat Keseimbangan
Bagian dari alat vestibulum atau alat keseimbangan berupa tiga saluran setengah lingkaran yang dilengkapi dengan organ ampula (kristal) dan organ keseimbangan yang ada di dalam utrikulus clan sakulus.
Ujung dari setup saluran setengah lingkaran membesar dan disebutampula yang berisi reseptor, sedangkan pangkalnya berhubungan dengan utrikulus yang menuju ke sakulus. Utrikulus maupun sakulus berisi reseptor keseimbangan. Alat keseimbangan yang ada di dalam ampula terdiri dari kelompok sel saraf sensori yang mempunyai rambut dalam tudung gelatin yang berbentuk kubah. Alat ini disebut kupula.Saluran semisirkular (saluran setengah lingkaran) peka terhadap gerakan kepala.
Alat keseimbangan di dalam utrikulus dan sakulus terdiri dari sekelompok sel saraf yang ujungnya berupa rambut bebas yang melekat padaotolith, yaitu butiran natrium karbonat. Posisi kepala mengakibatkan desakan otolith pada rambut yang menimbulkan impuls yang akan dikirim ke otak.
Kelainan pada telinga, diantaranya :
1.      Radang telinga (otitas media). Penyakit ini disebabkan karena virus atau bakteri.
2.      Labirintitis merupakan gangguan pada labirin dalam telinga. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi, gegar otak, dan alergi.
3.      Motion sickness , Mabuk perjalanan Penyebabnya adalah rangsangan yang terus menerus oleh gerakan atau getaran-getaran yang terjadi selama perjalanan, baik darat, laut maupun udara.
4.      Tuli
Tuli atau tuna rungu ialah kehilangan kemampuan untuk dapat mendengar. Tuli dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tuli konduktif dan tuli saraf.
5.      Othematoma sebutan ‘telinga bunga kol’, suatu kondisi terjadi gangguan pada tulang rawan telinga yang dibarengi dengan pendarahan internal serta pertumbuhan jaringan telinga yang berlebihan (sehingga telinga tampak berumbai laksana bunga kol).
6.      Penyumbatan
Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan menyebabkan gatal-gatal, nyeri serta tuli yang bersifat sementara.
7.      Perikondritis
Perikondritis adalah suatu infeksi pada tulang rawan (kartilago) telinga luar. akibat: - cedera - gigitan serangga - pemecahan bisul dengan sengaja.

Pendengaran merupakan alat mekanoreseptif karena telinga memberikan respon terhadap getaran mekanik dari gelombang suara yang terdapat di udara. Proses mendengar di timbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal sebagai gelombang suara yang kecepatan dan volumenya berbeda-beda. Gelombang suara bergerak melalui telinga luar (auris eksterna) yang menyebabkan membran timpani bergetar. Getaran-getaran tersebut diteruskan menuju inkus dan stapes melalui maleus yang terikat pada membran itu. Karena getaran yang timbul pada setiap tulang itu sendiri, maka tulang akan memperbesar getaran yang kemudian disalurkan ke fenestra vestibuler menuju perilimfe (Ismilana, 2011).
Pada percobaan ini menggunakan garpu tala sebagai alat untuk membuktikan bahwa transmisi melalui udara lebih baik daripada melalui tulang. Semakin berat garpu tala akan semakin jelas terdengar bunyinya. Penghantaran lewat udara lebih baik daripada lewat tulang. Penghantaran lewat udara dinamakan aerotymponal sedangkan penghantaran lewat tulang dinamakan craniotymponal (Ricky, 2010)
Pada percobaan Rine dan Weber membuktikan bahwa saat garpu tala yang bergetar ditempelkan di ubun-ubun kepala dan atau di tulang belakang telinga, kemudian setelah gtaran itu menghilang garpu tala di dekatkan pada lubang telinga mendapat respon positif dari subjek, yaitu ia dapat mendengar dengungan suara. Hal itu sesuai dengan dasar teori yang menyatakan bahwa perambatan suara yang paling baik adalah melalui udara. Namun, selain melalui udara, nada dapat terdengar melalui perambatan tulang. Pada percobaan ini melalui tulang tekngkorak.

Percobaan Rine
Percobaan ini menunjukkan bahwa hantaran nada dengan melalui tulang tidak sebaik hantaran melalui udara. Tujuan: untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang  pada telinga yang diperiksa.
Percobaan Weber
Tujuan: untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan. Dengan demikian terdengar seakan-akan nada datang dari arah di mana lubang telinga di tutup (lateralisasi).
Pada percobaan ketajaman pendengaran, subjek dapat mendengar dengan jarak yang lebih jauh ketika suasana ruang percobaan tenang. Ketajaman pendengaran dipengaruhi oleh beberapa hal, oleh kebisingan ruangan dan beberapa intensitas bunyi yang terdengar. Area yang membatasi korteks auditori utama berfungsi untuk menganalisis makna suara. Manusia melokalisasi suara berfrekuensi rendah memanfaatkan perbedaan fase, sementara untuk suara berfrekuensi tinggi manusia memanfaatkan perbedaan kenyaringan. Penanda lokasi suara dapat di tentukan dari perbedaan intensitas suara, perbedaan waktu kedatangan suara dan perbedaan fase.



ANATOMI DAN FUNGSI ALAT PENGECAPAN

1.    Menggambarkan dan menyebutkan bagian-bagian alat pengencapan
2.    Menjelaskan fungsi bagian-bagian alat pengecapan
3.    Menguji fungsi alat pengecapan

Lidah mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan kimia. Lidah merupakan organ yang tersusun dari otot. Permukaan lidah dilapisi dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar lendir, dan reseptor pengecap berupa tunas pengecap. Tunas pengecap terdiri atas sekelompok sel sensori yang mempunyai tonjolan seperti rambut.
Permukaan atas lidah penuh dengan tonjolan (papila). Tonjolan itu dapat dikelompokkan menjadi tiga macam bentuk,yaitu bentuk benang,bentuk dataran yang dikelilingi parit-parit,dan bentuk jamur.  Tunas pengecap terdapat pada paritparit papila bentuk dataran, di bagian samping dari papila berbentuk jamur, dan di permukaan papila berbentuk benang.
Lidah mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan kimia. Lidah merupakan organ yang tersusun dari otot. Permukaan lidah dilapisi dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar lendir, dan reseptor pengecap berupa tunas pengecap. Reseptor untuk pengecap di sebut reseptor system gustatoty. Reseptor perasa disebut taste buds, yang terletak disekitar kuncup pengecap yang disebut papillae. Taste buds bersifat untuk mendeteksi segala macam rasa asam, manis, pahit dan lain sebagainya. Untuk menghindari kerusakan disyaraf pengecap dianjurkan tidak makan makanan yang terlalu panas.
Daftar Pustaka :
Sacharin, R.M. (1986) Principles of Paediatric Nursing. London:Churchill Livingstone
Ganong WF. 2006. Review of medical physiology. 22nd Ed. USA: The McGraw-Hill companies
Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of medical physiology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier.
Marieb EN, Hoehn K. 2010. Human anatomy & physiology. 7th Ed. Pearson education,Inc
Sherwood, Lauralee. 1996. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC
Soepardi  EA, Iskandar  N, dkk.  2010.  Gangguan  Pendengaran dan  Kelainan  Telinga.  Dalam:  Buku  Ajar  Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 6. Jakarta: FKUI.  ; hal. 17-8

INDERA PEMBAU
Fungsi bagian-bagian indra pembau :
a.       Lubang hidung berfungsi untuk keluar masuknya udara
b.      Rambut hidung berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ketika bernapas
c.       Selaput lendir berfungsi tempat menempelnya kotoran dan sebagai indra pembau
d.      Serabut saraf berfungsi mendeteksi zat kimia yang ada dalam udara pernapasan
e.       Saraf pembau berfungsi mengirimkan bau-bauan yang ke otak.
Junquiera, L.C. dan Carneiro. J. 1980. Basic Histology.
Alih bahasa: Histologi dasar, oleh adji Dharma.1982. Jakarta: EGC.
Soewolo, dkk. 1999. Fisiologi Manusia. Malang: JICA.
Tenzer, A. 1998. Struktur Hewan Bagian II. Malang: IKIP Malang.

UJI PENGECAP
 Rasa klasik yang dapat dirasakan manusia (manis, asin, asam, pahit dan umami) ternyata melakukan mekanisme transduksi yang berbeda-beda dan terjadi di sel reseptor yang berbeda pula. 2 dari mekanisme ini merupakan ionotrophic (rasa asin dan asam) dan sisanya (rasa manis, umami dan pahit) merupakan metabrotropic
  Tranduksi Rasa Manis
Rasa manis dimulai dengn melekatnya molekul gula pada porus perasa. Kemudian hal ini  akan mengaktifkan stimulator yang terdapat pada sitoplasma yang terdapat pada membran. Stimulator (protein G) akan teraktivasi selanjutnya akan mengaktifkan enzim adenilat siklase. Enzim ini akan mengaktifkan pembentukan Camp dari ATP. Terjadinya peningkatan camp akan mengakibatkan terstimulasinya enzim sitoplasma lainnya. Hal ini akan membuat ion K dapat keluar sehingga mengakibatkan depolarisasi pada puting pengecap. Hal ini akan mengakibatkan terlepasnya neotransmiter ke sinaps dan selanjutnya akan diteruskan ke otak.
  Tranduksi Rasa Asin
Rasa asin disebabkan masuknya ion Na. Masuknya ion Na mengakibatkan tertutupnya saluran keluar ion K. Depolarisasi mengakibatkan neotransmiter keluar, dan impuls bisa diterima oleh otak.
  Tranduksi Rasa Pahit
Transduksi pahit akan berikatan dengan reseptor pada membran. Pelekatan ini  akan mengakibatkan teraktivasinya protein G lainnya yang kemudian akan mengaktifkan enzim fosfolipase. Enzim ini akan membuat IP3 yang merupan senyawa yang larut daam sitoplasma yang terdapat dalam RE. Berikatan IP3 dengan reseptor akan membuat terbukanya  ion Ca. Maka ion Ca akan keluar menuju Sitoplasma. Peningkatan ion Ca akan membuat saluran K terbuka dan terjadi sinaps.
  Tranduksi Rasa Asam
Tidak sepeti rasa manis dan pahit, ras asam terjadi karena konsentrasi proteon atau ion H. Membran sanyat permeable  terhadap proton ini. Masuknya proton akan membuat depolarisasi akibatnya neotransmiter dilepaskan ke sinaps.
Jelaskan mekanisme jalannya impuls pada percobaan diatas sehingga anda dapat merasakan
rasa manis, asam, dan lainnya sebagainya !
Jawab:
Setiap kuncup pengecap terdiri dari dua macam sel, yaitu sel pengecap dan sel penunjang, pada
sel pengecap terdapat silia (rambut gustatori) yang memanjang ke lubang pengecap. Zat-zat
kimia dari makanan yang kita makan, mencapai kuncup  pengecap melalui lubang-lubang
pengecap (taste pores). Kuncup-kuncup pengecap dapat merespon empat rasa dasar, yaitu
manis, masam, asin dan pahit melalui mekanisme transduksi.
Transduksi tersebut akan menimbulkan sinyal elektrik atau sinaps pada sel pengecap. Sinyal
elektrik sensasi rasa tersebut aka ndisalurkan melalui 3 pathway (Boroditsky, 1999) :
1.  Saraf chorda tympani (cabang N.VII) dari lidah bagian depan dan samping
2.  Saraf glosso-pharyngeal (N.IX)  dari lidah bagian pangkal
3.  Saraf vagus (N.X)  dari mulut dan laring
Ketiga saraf tersebut membentuk koneksi ke batang otak pada bagian NST (nucleus of solitary tract) di medulla oblongata sebelum mencapai thalamus dan akhirnya akan disalurkan ke daerah insula dan korteks operkulum frontal di bagian lobus  frontal otak (korteks sensoris primer)

UJI PENBAU
Indra pembau berfungsi untuk menerima bau suatu zat terlarut dalam udara atau air. Reseptor pembau terletak pada langit-langit rongga hidung, pada bagian yang disebut epitelium olfaktori. Epitelium olfaktori terdiri dari sel-sel reseptor dan sel-sel penyokong. Sel resptor olfaktori berbentuk silindris dan mempunyai filamen-filamen seperti rambut pada permukaan bebasnya. Akson sel olfaktorius berjalan menuju bulbus olfaktorius pada sistem saraf pusat. 
Reseptor Pembau adalah komoreseptor yang dirangsang oleh molekul–molekul larutan dalam cairan hidung.  Sensasi wangi/ bau terjadi  karena adanya interaksi zat dengan reseptor indera penciuman yang diteruskan ke otak berupa sinyal listrik. Interaksi molekul dengan sel saraf reseptor akan menyebabkan reseptor teraktifkan. Suatu protein yang berpasangan dengan reseptor (protein G) akan teraktifkan juga. Protein G yang teraktifkan akan menstimulasi pembentukan cAMP. cAMP merupakan suatu molekul pembawa pesan yang dapat mengatifkan
suatu mekanisme transfer  ion, sehingga akhirnya dapat dikirim informasi mengenai “wangi/bau”
molekul ke otak berupa sinyal listrik. 

Jelaskan mekanisme jalannya impuls pada percobaan diatas sehingga anda dapat mencium bau!
Jawab:
Reseptor Pembau adalah komoreseptor yang dirangsang oleh molekul–molekul larutan  dalam cairan hidung. Reseptor pembau merupakan reseptor jauh (tele reseptor) karena lintasan pembauan tidak memiliki hubungan dalam thalamus dan tidak terdapat di daerah proyeksi pada
neocortex penciuman (Ganong, 1979).
Membrana offactoria terletak pada bagian superior rongga hidung. Di bagian medical ia melipat keatas concana superior dan bahkan ada yang berada di concha media. Organon olfacus terdapat di dataran medical concha nasalis superior dan pada dataran septumasi yang berhadapan dengan concha masalis superior. Saat seseorang menarik nafas maka sesi bili rasa pembaunya akan lebih kuat karena letak organon olfacus disebelah atasnya. Sensai pembauan tergantung pada konsentrasi penguapan, misalnya skatol (bau busuk pada facces) karena konsentrasinya pekat maka baunya busuk (Guyton, 1983).
Impuls–impuls bau dihantarkan oleh filum olfactetorium yang bersinopsis dengan cabang–cabang dendrit sel mitral dan disebut sinopsis glomerulus. Neurit sel mitral meninggalkan bulbus olfactorius untuk berjalan di dalam area medialis dan berakhir di dalam area. Pusat pembauan ada di uncus. Neurit – beurit sel mitral mempunyai cabang – cabang yang menuju ke sel granula akan mengadakan sinaps di sinopsis axomatis. Sebagian dari neurit  – neurit sel mitral berjalan dalam stria lateralis dan berakhir dalam uncus, sebagian dari neurit tersebut berjalan di dalam stria medialis dan berakhir di dalam area septialis ( Radiopoetro, 1986), (Ganong, 1979)
Drs. H. Syaifuddin, AMK. 2003. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Ganong,F.William. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed.20. Jakarta:EGC
Lumbantobing, S. M. Saraf Otak. Dalam Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. h. 2530
Radiopoetro, R. 1986. Psikologi Faal 1. Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.
Seksi Laboratorium Psikologi Faal, 2001,  Petunjuk Praktikum  Psikologi Faal, Yogyakarta : Laboratorium Psikologi Faal Fakultas Psikologi UGM
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem ed.2. Jakarta:EGC
Sloane, Ethel. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC